ke Borobudur

Kami tiba di wisata candi masih sangat pagi, pukul tujuh. Tiket masuk baru dibuka. Wisata Borobudur ini memang dibuka sekitar pukul 7 pagi. Tiket masuknya, tiga-puluh-ribu-rupiah untuk dewasa. Menurut saya, tiket ini cukup mahal. Tapi setidaknya fasilitas yang disediakan cukup baik dan terawat.

Memasuki kawasan candi, kami disuguhkan taman luas yang hijau dengan beberapa bangunan administrasi wisata. Pohon-pohon yang ditata rapi dan alur-alur jalan menuju bangunan raksasa ini menandakan kawasan percandian adalah objek bisnis. Jujur, dengan lingkungan terpagari ini kami kurang merasakan aura ke-budha-an yang ada. Mungkin beberapa waktu dalam satu tahun diadakan ritual-ritual oleh para biksu di sini untuk menandakan bahwa bangunan ini merupakan tempat ibadah mereka. Tapi aura itu tidak kami rasakan. Ibaratnya seperti keraton saja, walaupun di sana tidak sedang diadakan ritual, tapi setiap melewati keraton, saya merasa aura-aura ke-jawen yang kental. Entah. Itu yang disebut budaya atau bagaimana. Keraton juga sebagai tempat wisata.

dscn8857
Jalan setapak menuju candi utama

Berkunjung ke suatu tempat tanpa kenal lebih mendalam tentang tempat itu rasanya hanya membuang waktu saja. Kalau istilah teman saya, ‘memperkosa bangunan’. Sekedar datang, menikmati pemandangan, mengambil foto, dan pulang, lalu selesai. Tanpa tahu esensi apa dari objek itu. Atau bahkan hanya sekedar objek semata.

Walaupun sebenarnya saya juga kurang paham, sedikit-sedikit cari tahu via media yang ada. Sekedar bercerita saja. Jadi, candi Borobudur ini termasuk candi Budha terbesar di abad ke-9. Di dalam candi megah ini terdapat sekitar 1460 relief dan 504 stupa budha.

dscn8865
Bagian relief Candi

Lanjutkan membaca “ke Borobudur”